Bamus Betawi Minta Gunakan Ondel-Ondel Untuk Mengamen Ditertibkan

Ekonomi50 Dilihat

BeTimes.id– Badan Musyawarah (Bamus) Betawi menyerukan penindakan sekaligus pembinaan terhadap pihak-pihak yang menggunakan ondel-ondel untuk mengamen di jalanan.

Ketua Bamus Betawi, Riano P Ahmad, menilai ondel-ondel merupakan ikon budaya Betawi yang tidak semestinya disalahgunakan. “Saya menyambut hal ini adanya pembinaan, mungkin penindakan terhadap oknum atau pihak-pihak yang menyalahgunakan ikon ini (ondel-ondel dipakai untuk mengamen),” ujar Riano saat dikonfirmasi, Kamis (29/5).

Riano meminta penertiban harus dilakukan secara rutin, tidak hanya saat ada instruksi atau atensi dari pimpinan. Bamus Betawi mencatat bahwa sebagian besar pengamen ondel-ondel yang ditindak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) selama ini bukan warga Ibu Kota.

Karena itu, Riano menilai perlu adanya sinergi antar wilayah. Selain penertiban, juga harus ada edukasi bahwa ondel-ondel adalah ikon budaya Betawi yang harus dijaga dan tidak boleh disalahgunakan atau dilecehkan. “Namanya ikon itu kan wajib ditempatkan kepada tempatnya, bukan dijadikan hal-hal yang pada akhirnya membuat estetika kurang baik,” kata Riano.

Riano juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap penyalahgunaan ikon budaya lain, yakni tanjidor atau barongsai yang sering ditampilkan untuk mengamen di luar konteks budaya yang semestinya.

Apalagi, banyak pelaku kegiatan ini adalah anak-anak dan remaja yang seharusnya mendapatkan bimbingan serta pemahaman tentang pentingnya menjaga nilai-nilai budaya.

“Di luar waktu event-event momen tertentu harus dilakukan pembinaan, mengedukasi bahwa ini merupakan ikon budaya masing-masing suku etnis yang gak bisa sembarangan ditampilkan apalagi jadi meminta uang,” katanya.

Sebelumnya, Gubernur Jakarta Pramono Anung menegaskan bahwa ondel-ondel tidak digunakan untuk mengamen di jalanan. “Ya sekarang ini saya akan meminta ondel-ondel bukan untuk di jalanan. Tapi merupakan bagian dari budaya utama Betawi,” ucap Pramono saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (28/5).

Ia menyebut ondel-ondel adalah warisan budaya dinamis yang harus dihargai dan dirawat. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, lanjut Pramono, akan memberikan perhatian lebih kepada 42 sanggar ondel-ondel yang saat ini terdata di ibu kota.

“Saya termasuk yang kemudian memesankan supaya, mohon maaf ondel-ondel tidak digunakan untuk mencari mengamen lah. Tetapi betul-betul dirawat dengan baik,” ungkap Pramono.

Pramono juga menyoroti bahwa maraknya fenomena ondel-ondel mengamen mencerminkan masih kurangnya fasilitas dan perhatian kepada pelaku seni tradisional. Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk lebih banyak melibatkan seniman ondel-ondel dalam acara-acara resmi di Jakarta. “Kita undang berbagai acara di ibu kota, acara yang banyak banget,” ungkap Pramono. (Ralian)

Komentar