“Sering visi dan misi diwujudkan tetapi acap berhenti disitu. Tidak ditempatkan secara konsisten dalam program dalam pencapaian visi, dengan kata lain kehilangan dimensi strategi tanpa pencapaian yang maksimal.”imbuh mantan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) itu.
Menurutnya, aspek dalam pelayanan gereja dan organisasi nirlaba dalam mewujudkan program managemen secara holistic seringkali terabaikan.
Henriette mengutip dari Kitab Matius 25, bahwa manusia diberikan Tuhan talenta agar dikembangkn untuk kepentingan masyarakat banyak. “Karena itu dibutuhkan pemimpin yang berhikmat dan takut akan Tuhan,”imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Adri Lazuardi mengatakan, banyak organisasi nirlaba yang tidak eksis lagi dalam pelayanan di masyarakat. “Organisasi nirlaba perlu pemimpin yang memikirkan visi besar dalam organisasinya.Kita tahu banyak yayasan-yayasan yang tidak eksis lagi. Kenapa itu terjadi, karena tidak ada sistem atau keberlanjutan mengembangkan pelayanan itu untuk dijaga,”ujarnya.
Adri menegaskan, bukanlah hal yang tabu bila organisasi nirlaba mendapat keuntungan dari pelayanan yang dilakukan. Menurutnya, Yayasan mendapatkan laba bukan sesuatu yang haram.
“Mungkin ada pandangan mengatakan bahwa gereja itu tidak boleh berbisnis, ada yang perlu dipahami dengan pemikiran yang baru bahwa semua organisasi nirlaba itu perlu laba, hanya bagaimana penggunaan laba itu untuk kepentingan yang lebih luas dalam menjalankan pelayanan, dan bagaimana organisasi itu dijadikan dengan baik dan benar,”ujar Adri.
Komentar