Dinkes DKI Catat Semester Pertama Sekitar 30 Ribu Warga Jakarta Terjangkit TBC

Pemerintahan50 Dilihat

BeTimes.id–Kasus tuberkulosis (TBC) pada masyarakat Jakarta di tahun 2024 mencapai 30 ribu orang. Penghitungan kasus itu dilakukan dari bulan Januari hingga Juli 2024.

Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di RS Tarakan Jakarta, Rabu (11/9).

“Untuk tahun ini 2024, sepanjang 2024, kami menemukan kasus baru per semester pertama itu 30 ribu. Jadi memang yang paling penting TB itu menemukan kasus baru,” kata Ani.

Dikatakan, sangat penting kalau Dinas Kesehatan Jakarta ketemu kasus. “kami bisa investigasi lagi siapa kontak eratnya. Sehingga prinsipnya memutus tali penularan. Jadi selalu yang penting untuk disampaikan dan kita kejar adalah penundaan kasus,” sambungnya.

Dinkes DKI juga sempat mencanangan Kampung Siaga TBC, dengan target 2030 Jakarta bebas dari TBC. Terdapat 267 RW di 267 kelurahan Jakarta yang ikut dalam pencanangan kampung siaga TBC.

“Jadi secara nasional kita punya target bahwa di 2030 tidak ada lagi kasus TB baru, maka kita masif kan dan berbasis komunitas dalam bentuk kampung siaga TBC. Supaya masyarakat dan komunitas, bersama dengan kami bisa mengendalikan TBC di lingkungan masing-masing,”imbuh Ani.

Menurutnya, Dinkes DKI akan membuat beberapa kampung siaga, ada 267 RW di 267 kelurahan. “Jadi kita ambil 1 RW di setiap kelurahan untuk kita piloting sebagai kampung siaga TBC. Nanti kalau sudah berhasil akan kita lakukan di setiap RW sehingga diharapkan pengendalian TBC akan lebih masif,” pungkasnya.

Sebelumnya Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melakukan kunjungan ke Layanan Tuberculosis Multi Drug Resistance (TB MDR), Layanan Luka Bakar Terpadu dan Layanan Stroke di RSUD Tarakan Jakarta. Heru pun menyoroti kasus TBC yang cukup tinggi di Jakarta.

Heru Budi mengatakan bahwa ketiga layanan itu sudah bisa digunakan mulai hari ini. Ia pun menyoroti soal kasus TBC yang meningkat di Jakarta.

Banyak masyarakat yang bekerja di luar Jakarta, menjadi salah satu penyebab kasus TBC meningkat di Jakarta. Maka dari itu, Heru menekankan adanya kerja sama antar wilayah di luar Jakarta untuk penanganan TBC.

“Saat ini layanan sudah bisa digunakan di RS Tarakan. Jadi data yang ada mengenai TBC di DKI cukup tinggi, artinya namanya TBC manusia yang bergerak hilir mudik, jadi tidak hanya bisa tertular berada di Jakarta saja, tapi kita tidak tahu mereka beraktifitas di mana-mana,” kata Heru Budi di RS Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu (11/9).

“Maka dari itu perlu kerjasama sekali lagi wilayah Jakarta dengan daerah lainnya, seperti Bekasi, Depok, Tangerang,” sambungnya.

Heru pun berkaca dari kasus TBC tahun 2023 yang menyentuh angka 60 ribu penderita. Ia pun menghimbau, kepada masyarakat agar taat dan patuh dalam pengobatan jika terjangkit penyakit TBC.

“2023 data yang ada untuk mengatasi TB adalah 60 ribu kasus penderita TB. Nah ini kenapa, yang pertama TB itu harus dirawat dengan kurun waktu tertentu minimal 6 bulan. Ini sangat tergantung dari disiplinnya pasien,” ungkapnya.

“Setelah terkena TB tentunya mereka pasien wajib mengkonsusmsi obat yang diberikan oleh dokter selama 6 bulan. Nah berikutnya biasanya pasien harus dikontrol secara rutin. Dua ini yang kadang kala disiplin dari pasein TB yang kurang. Kurang kesadaran mereka untuk bisa berobat,” sambungnya.

Dengan adanya layanan khusus penyakit TBC di RS Tarakan, Ia berharap dapat membantu dan melayani masyarakat.

“Semoga pengembangan rumah sakit ini dengan peralatan yang cukup baik bisa dimanfaatkan untuk masyarakat menuju masyarakat yang sehat,” tandasnya. (Davin)

Komentar