BeTimes.id– Rencana Pemerintah ingin memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto mendapat penolakan kerasa dari ratusan massa Aksi Kamisan, di kawasan pintu barat Monas, Jakarta Pusat, Kamis (8/5) sore.
Dalam aksi Kamisan berpakaian serba hitam ini diwarnai seruan keras menolak wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto. Bertajuk “Marsinah Dibunuh karena Melawan”, aksi ini memperingati 32 tahun wafatnya aktivis buruh Marsinah.
Aksi ini sekaligus menjawab pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang mendukung pengusulan Marsinah sebagai pahlawan nasional. Namun di tengah dukungan itu, muncul pula wacana yang memunculkan kembali nama Soeharto sebagai tokoh yang layak diberi gelar serupa.
Penolakan terhadap wacana tersebut terlihat jelas dari sejumlah atribut aksi. Salah satu bendera besar yang dibentangkan menampilkan wajah Soeharto dengan tanda silang merah dan tulisan “Soeharto Bukan Pahlawan”.
Selain itu, bendera dengan gambar wajah Marsinah dan tulisan “Pahlawan Itu adalah Marsinah” berkibar di tengah kerumunan. Bagi para peserta aksi, Marsinah adalah simbol perjuangan buruh melawan ketidakadilan dan represi.
Sementara Soeharto justru dianggap sebagai representasi rezim otoriter yang bertanggungjawab atas berbagai pelanggaran HAM, termasuk kasus kematian Marsinah.
“Dia dibunuh karena membela kami buruh. Jangan sampai sejarah dikaburkan. Yang pantas diberi gelar pahlawan ya orang yang rela mati demi rakyat, bukan yang menindas rakyatnya,” ujar Rina Wulandari (29), salah satu buruh yang ikut dalam aksi.
Hal senada dikemukakan Heru (34), aktivis HAM yang hadir dalam aksi tersebut. Ia menyebut pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto sebagai sebuah ironi sejarah.
“Soeharto adalah simbol dari otoritarianisme, dan Marsinah adalah korbannya. Memuliakan Soeharto adalah mencederai sejarah dan para korban pelanggaran HAM,” tegasnya.
Beberapa flyer yang dibagikan menampilkan wajah Marsinah dengan latar merah putih disertai keterangan, “Marsinah adalah buruh pabrik arloji yang dibunuh karena memperjuangkan hak pekerja.”
Flyer lainnya menampilkan “Pemberian Gelar Pahlawan Nasional pantas diberikan pada Marsinah daripada Soeharto.”
Dalam aksi kamisan, sebanyak 61 foto buruh yang menjadi korban pelanggaran HAM turut dipajang sebagai pengingat bahwa perjuangan kelas pekerja tidak boleh dilupakan. Meskipun aksi dijadwalkan berakhir pukul 17.00 WIB, para peserta tetap bertahan hingga sore hari, menegaskan sikap mereka terhadap wacana kontroversial tersebut. (Ralian)
Komentar