PGI: Gerakan Oikumene Harus Menghidupi Persahabatan Sebagai Gereja dalam Tubuh Kristus

Hukum483 Dilihat

Dia mengatakan, perjalana Oikumene ke depan mestinya bertolak dari spritualitas dan persahabatan (friendship sprituality). “Pentingnya menghidupi spritualitas persahabatan sebagai gereja,”imbuhnya.

Menurutnya, pentingnya gereja-gereja dalam Tindakan nyata Oikumene seperti yang dikerjakan gereja di Sumatera Utara (Sumut) menutup PT. Toba Pulp Lestari yang dinilai selama ini kontribusinya sedikit, akan tetapi merusak alam di Sumut).

“Tetapi karena tidak ada relasi persahabatan, gereja-gereja tidak mau mendukung satu sama lain karena saling mencurigai. Menganggap ini agenda sinode tertentu, bukan agenda bersama.

Maka Ketika PGI diminta mempersatukan gereja-gereja kami melakukan pendekatamn informal, relasi persahabatan. Ini tidak boleh ada satu pihak lebih unggul, lebih tahu dan mampu sementara gereja lain hanya dianggap objek untuk mendukung penutupan TPL,”terang Dawrin.

Darwin mengatakan, kalau tidak betul-betul mengembangkan spritualitas persahabatan maka relasi antar gereja cenderung formal, birokratis dan legal maka keesaan dalam Tindakan akan susah diwujudkan.

“Gereja harus mengembangkan semangat sebagai sahabat sama seperti Kristus yang unggul, superior, tetapi berkenan merendahkan diri dan mau menjadi sahabat untuk sesamnya. Dalam semangat ini saya kira ekumene perlu dikembangkan agar kita bisa adaptif dan Tangguh menghadapi tantangan, termasuk menghadapi krisis demokrasi dan digitalisasi,”ujarnya.

Komentar