HKBP dan PGI Doa Bersama di Tuprok, Berdirinya TPL Bukti Krisis Ekologis

Nasional108 Dilihat

“Kita harus merdeka dari korupsi, dari narkoba, dari kejahatan, dan juga dari kerusakan alam. Kemerdekaan harus benar-benar dinikmati oleh masyarakat sekaligus oleh alam Indonesia,” pungkasnya.

Doa bersama yang berlangsung khidmat ini ditutup dengan komitmen untuk menjadikan iman sebagai kekuatan penyembuh, sekaligus dorongan agar negara sungguh hadir melindungi rakyat dan ciptaan dari keserakahan yang merusak.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jacklevyn F. Manuputty mengatakan, bahwa gereja tidak boleh abai terhadap kerusakan lingkungan yang semakin mengancam kehidupan.

“Jika mimbar tidak berbicara tentang bumi yang terluka, maka mimbar itu telah kehilangan relevansinya. Jika gereja tidak menangis bersama ciptaan, maka gereja telah kehilangan hatinya,” ujarnya di hadapan ribuan jemaat dan aktivis lingkungan.

Menurut Jacky, gereja dipanggil untuk kembali ke tengah alam, belajar bahasa ciptaan, dan bersuara melawan sistem ekonomi yang merusak. “Surga adalah janji, tetapi bumi adalah panggilan. Kita dipanggil untuk memelihara, bukan menguasai. Kita harus berani berkata ‘tidak’ kepada tambang, perusahaan yang meracuni air, pembakaran hutan, dan pembangunan yang mengabaikan kehidupan,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan, sejak lama PGI bersama masyarakat Bonapasogit telah menyatakan sikap kritis terhadap perusahaan ekstraktif, termasuk PT TPL. Karena itu,Jacky mendorong pemerintah untuk sungguh-sungguh mendengar suara rakyat dan mengarusutamakan ekonomi hijau. “Gerakan masyarakat semakin besar, dan kami mendukung penuh program pemerintah untuk membangun green economy yang peduli pada keberlangsungan hidup,” tandasnya.(ralian)

Komentar