Bambang Pacul: Kaum Marhaen Harus Bebas Secara Keuangan

Politik120 Dilihat

Ajaran Bung Karno tetap relevan tetapi membutuhkan reformulasi dalam strategi perjuangan.Bambang menggambarkan pentingnya membangun “tenaga Marhaen” secara konsisten dengan pendekatan baru.“Para ‘korea-korea’ marhaenis muda yang belum ‘melenting’ harus mulai membangun mentalitas kuat. Setelah berhasil, bantu yang lain dengan tenaga, jaringan, dan pikiran,” tambahnya.

Sementara itu, Muradi menyoroti persoalan konsistensi ideologi dalam pemerintahan dan praktik demokrasi saat ini. Ia melihat dinamika politik kontemporer lebih mengarah pada pragmatisme dan kompromi berbasis kepentingan jangka pendek.“Yakin tidak bahwa pemerintahan hari ini menjalankan karakter ideologis? Saya bilang tidak. Kita terjebak dalam sandera politik,” ungkap Muradi.

Ia menegaskan bahwa tekanan politik menyebabkan banyak kalangan kehilangan keberanian untuk bersuara.“Teman-teman saya yang dulu vokal kini menjadi ‘ayam sayur’. Garda terakhir demokrasi adalah kampus,” tegasnya.

Sekretaris Jenderal DPP PA GMNI, Abdy Yuhana, memberikan perspektif sosial historis dengan membagi masyarakat Indonesia ke dalam tiga kelompok besar: priyayi, abangan, dan santri.

Menurutnya, kaum abangan merupakan representasi paling kuat dari tradisi Soekarnois.“Sepanjang republik ini berdiri, kaum abangan selalu ada. Mereka adalah basis ideologis kita. Karena itu, kita tidak boleh takut kehilangan basis massa,” ujar Abdy saat membuka diskusi.

Komentar