TePI: Komisi II DPR Harus Bertindak Tegas, Bukan Sekadar Memanggil!

Hukum56 Dilihat

menurutnya, sebagai lembaga legislatif, Komisi II memang tidak memiliki kewenangan menjatuhkan sanksi etik seperti DKPP, tetapi memiliki instrumen sanksi politik dan administratif yang tidak kalah penting untuk menjaga integritas kelembagaan, antara lain:

  1. Merekomendasikan kepada Presiden untuk mengevaluasi kinerja dan integritas para komisioner KPU.
  2. Menunda atau membatasi pembahasan anggaran KPU, termasuk anggaran tambahan atau program khusus, sampai lembaga tersebut menunjukkan langkah konkret dalam memperbaiki transparansi dan akuntabilitas.
  3. Membentuk Panitia Kerja (Panja) atau Panitia Khusus (Pansus) guna menyelidiki lebih dalam penggunaan anggaran dan potensi pelanggaran hukum dalam kasus jet pribadi tersebut.
  4. Memanggil DKPP, bukan hanya KPU, untuk meminta penjelasan terbuka mengenai dasar pertimbangan etik yang melatarbelakangi putusan ringan tersebut.

“Langkah-langkah ini sangat penting karena kasus ini bukan hanya pelanggaran individu, tetapi juga mencederai kredibilitas kelembagaan penyelenggara pemilu secara keseluruhan. Bila DPR hanya berhenti pada pemanggilan tanpa tindakan tegas, publik akan semakin kehilangan kepercayaan terhadap seluruh arsitektur kelembagaan pemilu yang seharusnya menjadi penjaga demokrasi,”tandas dia.

“TePI mendesak Komisi II DPR untuk mengambil langkah tegas, terbuka, dan konsisten, agar kasus ini menjadi momentum pemulihan integritas lembaga penyelenggara pemilu. Demokrasi Indonesia tidak boleh dibiarkan dikendalikan oleh lembaga yang mengabaikan tanggung jawab etik dan moral di hadapan public,”ujarnya. (ralian)

Komentar