Tahun ini, Pasar Jaya Targetkan 30 Pasar Tradisional Masuk Program Digitalisasi

Pemerintahan162 Dilihat

BeTimes.id– Direktur Utama Pasar Jaya, Agus Himawan mengatakan, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya menargetkan 30 pasar tradisional di Jakarta masuk program digitalisasi pada tahun 2025.

Menurutnya, Langkah ini dilakukan agar pasar di ibu kota semakin modern dan mudah diakses masyarakat. “Di tahun ini kami menambah 30 pasar lagi untuk digitalisasi. Sekitar 20 pasar sudah berjalan, sisanya hampir selesai,” ujar Agus Himawan, dalam diskusi Balkoters Talk di Balai Kota Jakarta, Rabu (24/9).

Agus menjelaskan digitalisasi pasar mencakup pembayaran non-tunai dengan QRIS serta pengelolaan berbasis aplikasi. Saat ini, 57 pasar sudah memakai sistem pembayaran QRIS, sementara 30 pasar lainnya sedang dalam proses penerapan digital. “Ini (digitalisasi pasar) adalah memengaruhi meramaikan pasar,” kata dia.

Selain digitalisasi, lanjut dia, Pasar Jaya juga memperbaiki fasilitas pasar. Agus mengatakan, selama 2023–2024, sebanyak 67 pasar dicat ulang, diperbaiki parkir dan toiletnya, serta ditata lebih rapi.

Secara Bertahap Pasar Jaya juga membangun lapangan futsal dan mini soccer di beberapa pasar agar lebih ramai dikunjungi. Agus menambahkan, pengelolaan sampah juga menjadi perhatian. “Setiap hari pasar di Jakarta menghasilkan 500 ton sampah, atau sekitar 8 persen dari total sampah kota,”lanjut dia.

Untuk itu, Agus mengemukakan, Pasar Jaya menyiapkan sistem pengolahan sampah mandiri yang ditargetkan selesai pada Mei 2026. “Kalau sistem ini berjalan, sampah bisa diolah langsung di pasar tanpa harus dibawa ke Bantar Gebang,” jelasnya.

Agus menegaskan dengan transformasi ini pasar di Jakarta lebih modern, bersih, dan mendukung target Jakarta sebagai kota global. Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menegaskan peran vital pasar dalam perekonomian ibu kota.

Menurut dia, BPS mencatat kontribusi Jakarta terhadap PDB nasional mencapai 16,61 persen dengan pertumbuhan 5,18 persen, melampaui angka nasional. “Pasar adalah nadi perekonomian Jakarta. Modernisasi tidak boleh menghapus nilai kerakyatan, justru harus memperkuatnya,” ujar Suharini. (ralian)

Komentar