PGI: Gereja Harus Memiliki Kesadaran Lingkungan Dalam Keadilan Ekologi

Nasional91 Dilihat

BeTimes.id–Sektretaris Umum Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty menegaskan, dalam melestarikan lingkungan tidak bisa diserahkan kepada pemerintah, sebaliknya seluruh masyarakat harus terpanggil dan terlibat.

Menurut Jacklevyn, seperti yang dikutip dari pemerhati lingkungan menyimpulkan 200 tahun antroposenteris itu gagal, hal itu dilihat dari kerusakan bumi belakangan ini.

“Kita terpanggil sebagai gereja terkait keadilan ekologi, dimana sebagai lembaga moral berdiri dalam posisi yang kuat untuk bicara ini,”kata Jacklevyn , dalam Peluncuran dan Diskusi Video Edukasi Peran Gereja Dalam Menghadapi Perubahan Iklim, di Grha Oikumene, Jakarta, Rabu (21/2).

Jacklevyn mengakui, kesadaran warga gereja dalam buang sambah masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu dibenahi dengan baik.

Karena membuang sampah plastik, atau menggunakan plastik masih kerap terjadi bagi warga gereja tanpa menyadari dampak yang terjadi.

“Bahkan membangun gereja dengan tembok-tembok tanpa menyisahkan tanah untuk lingkungan masih kerap terjadi,”ujar pendeta asal Gereja Protestan Maluku (GPM) ini.

Diakui Jacklevyn, dibutuhkan etika dan moralitas lingkungan sangat mendasar sehingga dalam membuang atau membakar sampah tanpa merusak lingkungan.

Karena itu, pentingnya membuang sampah dan penggunaan platik tidak mengabikan nilai-nilai kearifan lokal yang berdampak pada pelestarian lingkungan.

Sementara itu, Ketua Sub Kelompok Pemberdayaan Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Susi Andriani mengatakan, dalam mengatasi masalah lingkungan DKI Jakarta menggunakan Pergub No.77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkungan Rukun Warga.

Susi mengatakan, sebelum masyarakat membuang sampahnya harus memilah sampah yang dibuang.

“Sampah organik sekitar 50 % dari 7500 ton yang diangkot 1300 mobil truk yang diantar ke Bantar Gebang,” kata Susi.

Susi mengatakan, pemilahan sampah yang dibuang sudah disosialisasi ke 623 Rukun Warga yang ada di Jakarta.

“Ini terus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar sampah yang dibuang bisa dipisah mana yang organik dan non organik,”ujar Susi. (Davin)

Komentar